Avonturir #2: Willy Alfarius

Willy Alfarius tertarik dengan isu-isu sejarah. Di blognya, ketika ia menulis pengalaman sendiri maupun orang lain, tak jauh-jauh dari sudut pandang sejarah. Secara khusus ia mengaku punya ketertarikan yang lebih pada kajian seputar peristiwa tahun 1965. Ia cukup rajin mengulas buku-buku yang ia baca di Instagram. Latar belakangnya sebagai lulusan sarjana Sejarah di UGM membuat dia punya cukup bekal untuk melihat isu-isu sejarah dari sudut pandang yang kritis.

Seperti yang dapat diduga, artikel-artikel yang ia pilih seputar bahasan sejarah. Ia juga memberikan komentar yang mengasikkan. Daftarnya sebagai berikut.

1

Arief Budiman (1941-2020): Warisan-Warisan Intelektual dan Aktivismenya | Made Supriatma | Indoprogress | 29 April 2020

Obituari yang menarik tentang Arief Budiman, tokoh intelektual sekaligus aktivis politik yang cukup berpengaruh dalam sejarah politik Indonesia, terutama pada masa Orde Baru. Made Supriatma menguraikan dengan amat baik kiprah aktivisme Arief dalam menentang otoritarianisme rezim, mulai dari masa Sukarno hingga akhir Orde Baru, dengan berbagai gerakan yang ia bentuk. Salah satu hal langka dari sosok Arief adalah kemampuannya dalam menyelaraskan antara aktivisme dengan teori sosial, yang mana ia adalah salah satu ilmuwan sosial penting yang dimiliki Indonesia dengan “teori ketergantungan” yang diperkenalkannya. Menariknya, Made dalam obituari ini memberikan analisis yang cukup mendalam tentang aktivisme sosial mutakhir yang dikomparasi dengan aktivisme dari generasi sebelumnya, khususnya Angkatan ‘66 dan ‘98, masa di mana sosok Arief Budiman menjadi salah satu pemikir yang diperhitungkan dalam pergerakan periode itu.

2

Penulis Jakarta Method: “Anti-Komunisme Fanatik Kini Berkuasa Lagi” | Windu Jusuf | Tirto | 20 Mei 2020

Buku Jakarta Method adalah kajian paling mutakhir mengenai dampak Tragedi 1965 di Indonesia yang dilihat dalam perspektif global, khususnya dari sudut pandang Barat. Windu Jusuf mewawancarai Vincent Bevins, penulis buku tersebut yang lantas menjabarkan latar belakang, sudut pandang, serta kebaruan analisis yang ditawarkan dari riset yang dilakukannya untuk buku tersebut. Ringkasnya, kekacauan yang terjadi pada perpolitikan di negeri sosialis Dunia Ketiga, terutama di Asia dan Amerika Latin, terutama didalangi oleh Amerika Serikat. Bevins memberikan komparasi antara yang terjadi di Indonesia dengan negara lain yang kondisinya nyaris serupa seperti Brazil dan Chile. Ia didukung dengan riset dan wawancara mendalam untuk menjelaskan bahwa apa yang terjadi pada setengah abad silam tersebut masih terus relevan dengan keadaan perpolitikan negara-negara berkembang hari ini yang terus saja direcoki oleh Barat.

3

Menggali Akar Anarkisme di Indonesia | Marto Art | Historia | 15 April 2020

Dalam beberapa waktu terakhir, isu anarkisme menjadi salah satu kambing hitam baru bagi setiap kejadian (terutama aksi demonstrasi) yang dianggap mengganggu stabilitas keamanan di Indonesia. Marto sebagai salah seorang pendiri kolektif anarko berusaha menelisik akar dari gerakan anarkisme di Indonesia yang ternyata sudah terentang sejak masa kolonial, jauh sebelum Indonesia merdeka. Ia memberikan perbandingan antara konsep-konsep dasar anarkisme dengan beberapa tradisi kebudayaan dan adat Nusantara yang ternyata dalam beberapa hal sangat sejalan dan relevan. Hanya saja ia tidak begitu dalam membahas hal tersebut. Uraiannya kemudian berkisar pada sejarah gerakan anarkisme pasca Reformasi yang perlahan mulai mengubah haluan dan fokus aksi mereka. Jika sebelumnya anarkisme lekat dengan gerakan buruh urban, kini yang paling mutakhir mereka mencanangkan untuk kembali ke desa dan aktif mendampingi kaum tani yang mulai banyak tergusur dari tanahnya sendiri.

4

Hari Film yang Lain | Adrian Jonathan Pasaribu | Cinema Poetica | 30 Maret 2020

Perkara penetapan hari jadi atau hari lahir kerap menuai polemik karena memang tidak ada ukuran yang pasti mengenai hal tersebut. Begitu pula Hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret yang didasarkan atas produksi pengambilan gambar pertama film Darah dan Doa karya Usmar Ismail yang dianggap sebagai film nasional(is) pertama. Penetapan tanggal tersebut, menurut Adrian Jonathan Pasaribu dalam artikel ini sejatinya mengandung berbagai muatan politis serta berbagai hal yang penuh perdebatan dan pertanyaan. Misalnya, dan terutama, mengapa tanggal tersebut yang ditetapkan sebagai Hari Film Nasional? Kemudian apa yang menjadi tolok ukur sebuah film disebut sebagai nasionalis dan idealis? Lantas bagaimana posisi film-film yang diproduksi pada masa Hindia Belanda, apakah mereka tidak memiliki dasar bagi pembentukan film-film yang nantinya disebut sebagai nasionalis dan idealis? Adrian dengan amat runut dan didukung oleh berbagai referensi menguraikan bagaimana polemik tersebut tiba pada satu titik seperti yang terjadi sekarang, dan ternyata dalam sisi yang lain mengabaikan bahkan menyingkirkan satu fakta sejarah. Bahwa ternyata jauh sebelumnya oleh Presiden Sukarno telah dicanangkan Hari Film Nasional dengan tanggal yang berbeda, dengan alasan yang berbeda pula, dibandingkan apa yang diperingati pada masa kini.

5

Merekam Solidaritas Pekerja Seks Ibu Kota, Ketika Ranjang Jadi Hening Akibat Pandemi | Faisal Irfani | Vice Indonesia | 16 Mei 2020

Di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini, pekerja seks komersial (PSK) menjadi salah satu pekerja rentan di sektor non-formal yang ikut terlindas dua kali. Pertama oleh karena pandemi itu sendiri. Kedua karena posisinya yang tidak diakui dan distigma negatif, baik oleh negara maupun masyarakat. Keduanya berjalin menjadi satu tatkala pengguna jasa mereka yang turun drastis membuat mereka sama sekali tidak mendapat pemasukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bantuan sosial yang mereka harapkan dari pemerintah nyatanya  pun tidak bisa menjangkau mereka karena status mereka yang dianggap tidak jelas, bahkan tidak diakui keberadaannya. Faisal Irfani menuliskan laporan tersebut dengan memotret keadaan beberapa PSK di Jakarta yang hidupnya mulai terdesak dengan keadaan tersebut. Ia juga menguraikan bahwa akhirnya salah satu cara mereka untuk terus bertahan adalah dengan berserikat, membentuk jejaring solidaritas di antara sesama PSK itu sendiri.

[mks_separator style=”dotted” height=”5″]

Selain artikel pilihan di atas, kamu juga bisa membaca karya-karya Willy berikut ini:

[mks_separator style=”blank” height=”20″]

Subscribe Pijak Pustaka klik: bit.ly/pijakpustaka