Avonturir #4: Fatimatuz Zahra

Zahra adalah penulis yang sering memunculkan tema perempuan dan Islam dalam tulisan-tulisannya. Pengalamannya menjadi santri dan kuliah di bidang Filsafat membuat karya-karyanya kerap mengejutkan. Tidak banyak penulis yang bisa mengupas dinamika perempuan dan Islam dari sudut pandang yang segar, otentik, dan kritis. Zahra adalah salah satunya. Ia bisa ditemui di Twitter, Facebook, dan Instagram. Berikut ini daftar bacaan yang direkomendasikan oleh Zahra:

1

Ilusi Pemberdayaan Perempuan dalam Narasi ISIS yang Perlu Diwaspadai

Jaringan ISIS berkembang dan sempat menduduki puncak kejayaannya dengan menjual ilusi. Narasi-narasi besar seperti terwujudnya daulah islamiyah yang menyatukan kekuatan umat Islam di seluruh dunia, hingga keterjaminan kehidupan pasca-kematian dengan embel-embel syahid serta bidadari surga menjadi daya tarik bagi sebagian besar anggotanya. Menariknya, ternyata ISIS juga menggunakan ide-ide kesetaraan dalam menjual gagasannya. Perempuan-perempuan yang biasanya tidak dapat peran dalam upaya jihad, kali ini justru ditarik dengan naras-narasi kesetaraan. Perempuan dibuai dengan berbagai gambaran kondisi seolah mereka akan dapat peran sama penting dengan laki-laki dalam perjuangan ISIS. Sayangnya, rangkuman dari kisah para perempuan ISIS oleh Unaesah Rahmah ini tidak menunjukkan hal demikian. Unaesah dalam artikel ini memberikan gambaran dengan cukup jelas kepada kita bahwa konstruksi mengenai peran perempuan juga dapat dieksploitasi demi kepentingan terorisme.

2

Fatema Mernissi: Aisyah Teladan Feminisme, Bukan Cuma Romantisme

Artikel ini merupakan counter pada lagu “Aisyah Istri Rasulullah” yang sempat viral setelah cover lagu ini menduduki beberapa tangga trending di Youtube. Lagu tersebut selain su’ul adab (kurang etis) kepada Sayyidah Aisyah dengan menjabarkan detail gambaran fisik beliau, tetapi juga mereduksi peran Aisyah sekadar menjadi pelaku romantisme dalam sejarah Islam. Padahal, Aisyah dengan kecerdasan dan ketegasannya adalah simbol kekuatan perempuan dalam sejarah Islam. Artikel ini menggunakan perspektif seorang feminis muslim yang juga ahli Hadis, Fatima Mernissi. Penulis tak hanya memberikan analisis tetapi juga memperkenalkan Mernissi di bagian akhir artikel. Hal tesebut baik dilakukan sebagai upaya untuk memberitahukan kepada pembaca bahwa Mernissi memanglah tokoh yang memiliki kapasitas untuk dipinjam sudut pandangnya dalam memaknai ketokohan Aisyah.

3

Kartini, Etika Kepedulian, dan Keputusan-Keputusan Moral Perempuan

Artikel yang menulis mengenai Kartini biasanya terbagi ke dalam dua kelompok besar. Kelompok yang mengglorifikasi perjuangannya dan membuatnya seolah tanpa cacat. Dan kelompok yang justru memelintir semangat emansipasinya menjadi semangat ketaatan dan domestifikasi. Namun, artikel dari Ester ini memberikan alternatif kepada pembaca. Ia seolah menangkap keresahan para pegiat kesetaraan gender di Indonesia terhadap keputusan-keputusan Kartini. Artikel ini membuka cara berfikir yang lebih luas dibanding sekedar mempermasalahkan cara Kartini menghidupi prinsip yang ia pegang.

4

Khaulah binti Tsa’labah, Perempuan yang Memprotes Nabi dan Dibela Allah

Pelajaran mengenai sejarah Islam yang kita dapat di sekolah maupun di majelis ta’lim jarang membahas secara khusus mengenai peran perempuan. Kaum perempuan biasanya diceritakan sebagai sosok pendamping yang setia, patuh dan tidak akan membantah suaminya sepatah katapun. Sekalipun fakta sejarah menunjukkan bahwa Islam telah mebawa pembebasan kepada perempuan di Arab. Artikel dari Yazid ini akan memulai perjalanan kita menelusuri peran penting perempuan dalam sejarah Islam. Kisah dalam artikel ini memberikan kita pelajaran bahwa Allah tidak mendiskriminasi hambanya hanya karena beridentitas sebagai perempuan. Keluhan seorang Khaulah jugalah yang akhirnya menjadi landasan hukum keadilan dalam pernikahan hingga hari ini.

5

Kemiskinan dan Kesusahan Itu Cuma Berlangsung 40 Hari Saja, Kok

Tulisan segar bercorak tasawuf dari Aly Reza ini membuat pembaca merasa sedang ikut mengobrol. Perbedaannya, obrolan yang dilakoni seolah merupakan intisari dari kitab tasawuf. Judul yang dipilih oleh sang penulis pun mengundang rasa penasaran. Terlebih untuk golongan menangah ke bawah seperti kita ini, yang miskinnya tidak hanya dalam hitungan hari, tetapi tahun bahkan dekade. Dalam artikel yang kurang dari seribu kata ini, pelajaran mengenai hikmah dikemas dalam dialog sehari-hari. Artikel ini dapat dicerna dalam seperminuman kopi tapi membekas dan membuat kita merasa bisa menertawakan sepahit apapun kondisi hidup kita.

[mks_separator style=”dashed” height=”5″]

Selain artikel pilihan di atas, kamu juga bisa membaca karya-karya Zahra berikut ini:

[mks_separator style=”blank” height=”50″]

Subscribe Pijak Pustaka klik: bit.ly/pijakpustaka